Senyum 20 Dolar

Saya berjalan menuju halte setelah selesai berbelanja di pasar Central Market. Seketika saya teringat, ada lagi yang harus saya beli. Saya kemudian terus melangkahkan kaki ke sebuah toko swalayan yang menjual barang-barang kebutuhan pokok Asia. Letaknya tak jauh dari halte.

Sudah 9 bulan lamanya saya tinggal di Adelaide. Sejak itu saya selalu ke toko ini untuk membeli belanjaan tambahan yang tak bisa saya temukan di Central Market.

Jadi saya pelanggan setia toko ini.

Karena cuma tambahan, hanya satu atau dua yang dibeli. Misalnya sebungkus mie kuning basah, bumbu masakan, jeruk nipis, atau permen Kopiko. Tidak akan sampai 5 dolar habis di sini.

Tapi hari itu saya membeli macam-macam.

Di kasir, seperti biasa, seorang laki-laki paruh baya melayani proses checkout saya.

“Yah, si bapak ini mulu yang kasir,” saya mengeluh dalam hati.

Kesan pertama si bapak yang ia tampilkan ke saya adalah jutek. Tidak pernah tersenyum. Dan selalu begitu walaupun saya sudah berpuluh-puluh kali berbelanja di tokonya.

Saya yakin bahwa dia pemilik toko karena dialah yang selalu duduk di belakang meja kasir.

“Apa karena saya belanjanya sedikit, ya?” pikir saya.

Lalu tiba-tiba,

“Twenty dollar,” ucapnya setelah menghitung semua total belanjaan saya sambil tersenyum ramah.

Astaga, si bapak bisa tersenyum juga? Kok baru sekarang? Kok kalau saya belanjanya cuma 2 dolar atau 3 dolar sikapnya jutek? Kok?

“Do you need a bag?” tanyanya ke saya.

Saya yang masih dalam perasaan terkejut melihat ekpresi wajahnya yang berseri-seri membalas, “No, thanks.”

Saya menyerahkan selembar uang 50 dolar dan lalu memasukkan semua belanjaan ke dalam tas.

“Where are you from?,” tanya si bapak lagi.

Sambil sedikit tersenyum ke arahnya saya menjawab, “Indonesia”

“Oh, terima kasih. Apa kabar? Hati-hati,” katanya lagi. Tampak ia seperti ingin membuat saya terkesan dengan ujaran-ujaran bahasa Indonesia yang ia kuasai.

Akhirnya saya meninggalkan toko tersebut, namun masih heran dengan kejadian singkat yang baru saja saya alami.

Mengapa tingkah laku si bapak tadi ke saya berbeda dari biasanya ya?

Apa karena saya baru menghabiskan 20 dolar di tokonya???

 

What do you think?

Blog at WordPress.com.

Up ↑